Menonton film memang akan
menambah inspirasi, saya yakin, tidak ada film yang dibuat tanpa mengandung
sebuah ibroh (hikmah). Terlebih film besutan Jepang, pastilah memiliki
nilai-nilai, salah satunya movie berjudul Insight from Doraemon: Nobita’s
Chronicle.
Film yang saya tonton pada
tanggal 1 Januari 2020 sewaktu di pesawat Garuda Indonesia dari Chubu Centrair
Nagoya menuju Jakarta ini memberikan saya beberapa insight, yang saya fikir,
insight ini penting sekali dan perlu di dokumentasikan dengan baik. Karena saya
rasa ini ada hubungannya dengan tahap untuk memimpin dunia, atau world managing (manajemen dunia).
Wow, kok keren banget insight nya
sampai kesana, memang ada apa sih?
Saya juga tidak tahu, ini hanya
mengira-ngira saja, menerka-nerka saja. Setidaknya ada empat insight ini yang saya
tangkap:
1. Cerita dalam film tersebut diambil se
realistis mungkin, tidak semata-mata karena anime dibuat jadi mengada-ada.
Tetapi pembuat film menyambungkannya dengan folklore Jepang, agar lebih
rasional. Dan ini menurut saya cerdas dan upaya yang bagus. Malahan belakangan
ini, saya melihat anime-anime Jepang yang special edition (the movie) dibuat
tidak dengan main-main, tetapi benar-benar difikirkan alur dan detailnya.
2. Infiltasi nilai-nilai science terupdate.
(Lagi-lagi) anime Jepang, saya kira akhir-akhir mulai memasukkan nilai-nilai
science ke dalam filmnya. Beberapa bulan lalu sewaktu saya naik Garuda
Indonesia juga, dari Kansai ke Jakarta, saya sempatkan menonton film Conan The
Movie. Pada movie tersebut, dikenalkan juga teknologi IoT (Internet of Things).
Sugoi kan? Dan pada movie Doraemon ini, salah satu teknologi yang dikenalkan yaitu
AI (Artificial Intelligence)! Sugoi bukan? Jadi kita sebagai penonton juga di
sibghah nilai-nilai science yang kental.
3. Do the best for our life. Saat
scene-scene terakhir, seorang karakter bernama Luka meminta kepada Doraemon
untuk dapat membuat mereka menjadi manusia. Padahal mereka sebelumnya sebagai
ether (sebutan makhluk lain selain manusia) yang immortal (tidak akan mati).
Tetapi mereka tetap menginginkan dan memilih hidup sebagai manusia, kenapa
alasannya? Simple dan ini cukup mencengangkan buat saya yaitu, “karena kami
ingin do the best for our life”. What a reason? Luar biasa! Mereka mengira
dengan menjadi manusia maka mereka akan menjalankan hidup dengan lebih semangat
lagi, berkeluarga, berteman, tua, dan meninggal. Mereka ingin ganbatte untuk itu. Again, what a
reason! Sasuga Nihong jin!
4.
Berfikir
visioner. Ada sebuah kata-kata terakhir di movie tersebut yang sangat
membuat saya terkesan, “When we can travel freely between earth and moon,
until then .. sayounara”. Lihat yang saya bold? Yup, we can travel freely between earth and moon. Dari kalimat tersebut,
sudah sangat tercirikan nilai-nilai visionernya. Mereka berjanji dan berfikir
terus menerus untuk dapat melakukan kunjungan secara bebas dan common dari bumi
ke bulan dan sebaliknya. Bayangin, PP Bumi Bulan, itu bukanlah hal yang terfikirkan
ke semua orang. Hanya orang-orang yang percaya akan mimpinya saja yang dapat
mencapainya. Walaupun saya tahu bahwa jauh sebelumnya ada anime Jepang juga
yang bercerita tentang seorang murid yang mempunyai mimpi ingin pergi ke bulan.
Tetapi bukannya impian itu surut, malah mimpi akan ke bulan terus digulirkan,
bahkan sampai tahun 2019.
Sudah, kira-kira itu saja insight
saya. Nah dari insight tersebut saya berfikir, tentang manajemen dunia. Dalam
Islam, salah satu tujuan hidup kita di bumi ini selain untuk beribadah kepada
Allah SWT yaitu juga untuk menjadi khalifah di muka bumi ini.
Memimpin dan memanage dunia yang
sedang carut marut ini bukanlah hal mudah, butuh leadership yang kuat dan
canggih. Memang sepertinya butuh leadership terpusat untuk menyatukan
keberagaman yang ada di dunia ini. Dan saya yakin Islam akan memimpin peradaban
ini suatu saat, in syaa Allah.
Omong-omong tentang manajemen
dunia dan kondisinya yang sedang carut marut, seperti adanya isu ketidakadilan,
kesejahteraan, climate change, hingga penemuan-penemuan teknologi muktakhir.
Mungkin yang kita lihat saat ini
kebanyakan adalah dunia disibukkan dengan masalah internal, perang, monopoli
perdagangan dsb. Semua berfikir tentang egonya masing-masing. Hmm.. ini tidak
salah sih, tetapi memang begitu kondisinya.
Hmm.. tapi saya jadi berfikir,
jika ada leadership terpusat untuk ini, maka yang perlu dilakukan yaitu membagi
ke dalam dua isu/kelompok/klaster. Yaitu klaster internal dan eksternal.
Klaster internal menangani
permasalahan internal dunia, seperti keadilan, kesejahteraan, climate change,
kesehatan, dsb. Sehingga penduduk bumi tidak perlu khawatir atas kehidupannya
dimuka bumi ini, semua senang, aman dan tentram.
Sementara klaster eksternal
berfikir terkait inovasi dan penemuan-penemuan untuk mengeksplor alam semesta
ini. Misal seperti tadi, berfikir bagaimana menciptakan alat transportasi yang
bisa memenuhi pernyataan dalam movie Doraemon tadi, “we can travel freely between earth and moon”, atau hal-hal lain
yang membuat kita akhirnya dapat mengilhami ayat-ayat kauniyah (ayat-ayat yang
ada di alam) sehingga semakin bertambahlah iman kita kepada Dzat Yang Maha Esa
ini, yaitu Allah SWT. Walaupun saya pernah mendengar juga, dalam Al Quran
disebutkan, kita diminta menembus langit pertama, tetapi kata Allah kita tidak
akan pernah bisa. Dan langit Allah itu ada 7 lho! Ma syaa Allah. Nonton movie
Doraemon jadi membuat saya berfikir tentang alam semester ciptaan Allah SWT.
Hmm.. nulis apa sih.. kayaknya rada ga jelas dan ngawur juga,
maksudnya saya yang saya tulis tentang manajemen dunia (membagi menjadi dua
klaster, internal dan eksternal). Ya ya, saya hanya memikirkan kesana saja sih,
semakin saya sering keluar negeri, soalnya saya jadi semakin faham bagaimana
dunia ini berjalan, dan apa masalah dunia ini, dan bagaimana membuat dunia ini
lebih baik lagi. Saya yakin orang-orang besar dan para ilmuwan di dunia ini
sudah memikirkan sampai kesana, apalah saya hanya sebagai master student awal
di Shizudai, Jepang yang baru bisa berfikir segini.
Anyway, semua berawal dari mimpi, dari mimpi akhirnya orang-orang
terus bergerak, hingga menciptakan kehidupan yang lebih baik, bukan untuk diri
sendiri saja, tetapi juga untuk kemaslahatan umat manusia. Mimpilah yang
menggerakan orang untuk terus berikhtiyar.
Mari berani bermimpi, for a better world, for a better human being,
tugas kita hanya berikhtiyar, bukankah sebaik-baik manusia ialah yang
bermanfaat untuk orang lain?
Ditulis diketinggian +10-15
ribu mdpl, dengan kecepatan 835km/jam, di bumi Allah,
1 Januari 2020.