Dewasa ini, kebutuhan akan eksistensi lembaga dakwah kampus
(LDK) di dalam benak setiap stakeholder
kampus menjadi hal yang penting. Permulaan sejarah dan eskalasi LDK pada tahun
90an yang kemudian berjalan dan berproses hingga saat ini menuntut LDK untuk
terus melebarkan sayapnya ke ranah-ranah yang lebih profesional. Bahkan mimpi
menjadikan LDK seprofesional seperti perusahaan besar itu pun bisa.
Terkadang
saya membayangkan, kantor sekretariat LDK itu layaknya lobi-lobi utama
perusahaan-perusahaan komunikasi. Produk-produk teknologi yang terbaru dan
terlaris dipajang dalam etalase-etalase indah dan menarik. Selain itu bentuk
pelayanan yang ramah dan moderat juga menjadi cita rasa tersendiri bagi lembaga
dakwah kampus. Mengingat demikian, saya jadi tersenyum-tersenyum sendiri,
konsep LDK yang lebih moderat dan dapat diterima dimasyarakat layaknya
perusahaan handphone yang jadi inceran anak-anak muda sampai dewasa.
Hmm.. itu
sedikit impian dan visi saya untuk lembaga dakwah kampus teman-teman. Sekarang
mari kita beranjak menuju ke sebuah ruang kelas dalam Gedung Barat Teknik
Industri Universitas Brawijaya. Pagi itu saat kelas SP (Semester Pendek) salah
satu mata kuliah, saya mendapat ilmu baru yang berharga. Tentang validitas dan
reliabilitas. Tentang apa itu? Tentang pembuatan kuisoner tepatnya!
LDK yang
bertugas menjadi pelayan kampus, agaknya perlu mengetahui demand (permintaan) yang dibutuhkan oleh masyarakat kampus (red:
objek dakwah) salah satunya dengan menggunakan metode Kuisioner. Ternyata dalam
pembutan kuisioner ini pun tidaklah mudah dan segampang kelihatannya. Bagi yang
menginginkan hasil maksimal dari kuisioner ini, perlu di matangkan betul
terkait persiapan pengambilan sampel hingga pengolahan datanya.
Terkait Validitas dan
Reliabilitas
Kalau kemarin
melihat beberapa pengalaman teman-teman dalam membuat kuisioner, sebenarnya
tidak ada dasaran yang jelas dalam membuat jenis pertanyaan, jumlah pertanyaan,
skala pertanyaan dan ordinalnya, hingga pada saat pengolahannya. Padahal jika
dirinci lagi, jenis-jenis seperti ini yang perlu diperbaiki agar hasil
kuisionernya maksimal.
Berikut
beberapa langkah dalam membuat kuisioner yang dapat terapkan di Lembaga Dakwah
Kampus:
- Pakai sampel kecil aja, 30 sampel
Dalam statistik, sampel kecil itu
menggunakan 30 sampel. Nanti dalam hal ini bisa menggunakan sampel kecil 30. Atau
besar juga boleh.
2. Buat
kuisioner terbuka
Tahu bedanya kuisioner terbuka dan
tertutup? Kalau tertutup itu sudah ada pilihan-pilihannya, artinya kita
membatasi responden dalam memilih. Kalau terbuka? Feel free untuk responden mengisi apapun yang dia inginkan terkait
pertanyaannya. Dan dengan ini, maka kita bisa sangat meminimalisir
subyektifitas kita sebagai peneliti.
3. Terjemahkan
kuisioner terbuka menjadi kuisioner tertutup
Dari hasil kuisioner terbuka tadi,
tugas kita menterjemahkan custumer
statement menjadi custumer opinion.
Custumer statement itu adalah apa-apa
yang dituliskan saat kuisioner terbuka, dan kita mempersempitnya dalam
bahasa-bahasa yang mudah dan sederhana dengan custumer opinion.
4. Kuisioner
tertutup
Di kuisioner ini kita sudah membatasi
pilihan-pilihan ketika responden menjawab.
Misal adalah pilihannya, Buruk-Cukup-Cukup Baik-Baik-Sangat Baik. Nah tahap
ini sudah mencapai begitu pilihannya. Dari sinilah kita bisa memetakan
responden untuk menilai kenormalan datanya. Tetapi perlu diperhatikan semakin
besar dan banyak pilihannya, maka variansinya semakin besar.
Nah minimal
hal-hal ini yang saya bisa share
untuk teman-teman khususnya yang bergerak di lembaga atau departemen syiar.
Karena ketika metode-metode tersebut bisa di aplikasikan untuk lembaga dakwah
kampus, hal itu akan semakin baik untuk kemajuan lembaga tersebut. 4 langkah itu
yang bisa saya share kan, terkait
pengolahan data, akan dibahas next time
dan sederhananya bisa olah sendiri. Yang terpenting adalah cara pengambilan
data tersebut, disitu hal krusialnya.
Semoga
sedikit ilmu ini dapat menjadi referensi dalam teman-teman menggali kemauan
dari para objek-objek dakwah kita. Wallahu
a’lam.
No comments:
Post a Comment