Di suatu hari,
pada senja hari ...
Sudah sebulan lebih rasanya mendiami tempat menyejarah itu,
mulai dari 12 Juli hingga 21 Agustus. Berbagai macam rasa dan emosi tertumpah
ruah pada rentang waktu itu, segudang pengalaman meluber pada interval waktu
tersebut. 41 hari yang berkualitas dan ... terkenang.
Mulai ketika
menginjakkan kaki di bandara internasional itu, sudah di sambut hangat oleh
kedua orang tua, dilanjut dengan makan malam bersama yang sederhana. Lalu
hari-hari setengah bulan ramadhan itu di lewati dengan khidmat dan luar biasa.
Bekasi Sinergi
adalah awalan dari petualangan itu, mengagumkan melihat indahnya harmonisasi
gerak diantara organisasi di Bekasi itu. Selang itu menghadiri solidaritas
peduli Palestine yang di gagas oleh ODOJ Indonesia di bundaran HI, Jakarta. Di
temani rintik-rintik hujan menyuarakan kepedulian kita terhadap saudara kita di
Gaza sana. Tak sempat berlama-lama tiba-tiba harus kembali lagi ke Gd Patriot
Bekasi, untuk melanjutkan acara Sinergi itu.
Ketika
perjalanan, terdengar kabar duka, telpon dari ujung sana mengatakan tante dari
keluarga saya meninggal, "innalillahi wa innailaihi rojiun.." Terucap
refleks dari bibir ini, sejenak diam dan merenung memikirkan hal yang Pasti
itu. Kemudian selepas ifthor dan maghrib berjamaah, saya melaju menuju rumah
duka tersebut. Esok harinya ketika selesai pemakaman, saya pulang ke rumah
untuk beristirahat sejenak.
Hari-hari
selanjutnya adalah sebagai penyusup. Menerima undangan terkait pesantren kilat
oleh salah satu LDK di Jakarta untuk siswa SMA, tiba-tiba terpikir untuk kita
'menyusup' ke dalamnya dan mencuri ilmunya. Berangkat bersama tiga orang teman,
melaju menggunakan kereta commuter line menuju Depok. Selesai acara di lanjut
dengan buka bersama dengan organisasi mahasiswa dari Malang tersebut di salah
satu warung di daerah Margonda. Selepas itu, kami pulang kembali dengan
menggunakan kereta. Rasa-rasanya hari itu mendebarkan itu telah kita lewati.
Saatnya untuk memulai i'tikaf di sepuluh malam terakhir.
Keesokannya,
mendapat tugas untuk mengambil dana untuk acara Bedug Festival di kantor
Indosat, Jakarta. Perjalanan siang itu ditemani oleh terik matahari, macetnya
perjalanan, dan lika-liku jalan Jakarta, tetapi alhamdulillah sampai juga
disana. Melihat bagaimana perusahaan yang cukup besar seperti Indosat
menjalankan sistemnya, dan yang paling menarik, mereka mempunyai ruang khusus
untuk Sie Kerohanian, dan saya lihat orang-orangnya sudah syar'i semua.
Alhamdulillah..
Lalu hari-hari
setelahnya dilakukan dengan menjalin silaturahim kepada teman-teman SMA. Dan
seperti biasa setiap tahunnya, profesi menjadi amil zakat tetap tersandang,
kali ini lebih banyak panitianya dari tahun-tahun sebelumnya. Jadi teringat 5
tahun silam, ketika pulang sekolah sewaktu SMP langsung ke masjid dan membuka stand
zakat, waktu itu hanya sendiri, kadang berdua, tetapi alhamdulillah, sekarang
sudah ramai
Terakhir, ketika
malam takbiran, GBH (Gema Bedug Harmoni) menutup kisah ramadhan itu, melihat
gebyar dan semarak malam takbiran dengan jalur yang positif, menyaksikan para
alumni-alumni dari kampus ramadhan di wisuda, penampilan nasyid, dll. Rasanya
baru kemarin menjadi pelopor acara ini, tetapi bersyukur sekali acara ini
menjadi acara rutin tahunan ARMADA
Esoknya, hari
idul fitri adalah hari kemenangan. Setelah dengan khidmat melaksanakan sholat
dan mendengarkan khutbah, kami melakukan silaturahim, dan halal bi halal, momen
yang indah untuk saling bermaaf-maafan.
Awal sampai
pertengahan syawal itu digunakan kebanyakan untuk silaturahim. Open House
dengan gubernur Jawa Barat, kang Aher, open House dengan Master Hipno Terapi,
ka Awin, yang disini kita juga diajarkan cara menghipno orang, dan lain-lain.
Pernah juga di
sudah kesempatan kami mendatangi seminar-seminar, Japan Foundation, Kultum
Supermentor, dll. Dan tak lupa, kami juga berlatih menjadi trainer yang dibimbing langsung oleh pakarnya, dan dalam waktu
dekat insyaAllah kami akan melaunching lembaganya. Semua rangkaian itu menjadi bumbu penyedap di
41 hari itu.
Tiba-tiba aku
terbangun, lalu tersadar, aku sedang berada di masjid peradaban itu. Jam
dinding digital menunjukkan pukul 10.50. Aku terduduk, tertegun, rupanya sudah
41 hari aku disini, dan ternyata itu adalah hari terakhirku di Bekasi.
Ya Allah,
izinkan ukhuwah kami terus terjaga, dan jadikan kampung itu sebagai lahan untuk
kita terus berdakwah disana.
- Elmo Juanara ,
di tulis seusai melaksanakan sholat maghrib, ditemani iringan musik
Serenade-The Elegance of Pachelbel, di dalam keheningan kereta api malam -
No comments:
Post a Comment