Sunday, February 8, 2009
Menghitung hari pancaran sinar komet Lulin
Rangkaian hari-hari penantian kemunculan komet Lulin bagi pencinta astronomi bisa dimulai dengan mengamati cakrawala belahan Selatan saat kegelapan menyelimuti selewat tengah malam pada beberapa jam jelang terbitnya fajar yakni pada arah kira-kira 1/3 bentang busur cakrawala arah terbit matahari.
Atas prakarsa prakiraan pengamatan astronomi komet Lulin akan memiliki kecerahan penampakkan pancaran berkisar antara skala : 4 - 5 “magnitude brightness”, yang berarti dibutuhkan kondisi gelap cukup pekat untuk dapat mengamatinya dengan mata telanjang. Komet Lulin ---diberi nama yang sesuai nama observatorium di Taiwan yang pertama kali mengamatinya tahun 2007--- akan berpendar cahaya kehijauan berhubung inti komet yang mengandung material zat CN : cyanogen ---substansi gas beracun yang lazim terdapat pada suatu komet--- dan C2 : diatomic carbon. Kedua zat tersebut dalam kondisi angkasa luar yang nyaris hampa udara lalu apabila terpapar berkas cahaya matahari akan mengeluarkan pendar cahaya berkilau kehijauan.
Beginilah prakiraan hari-ke-hari status penampakkan komet Lulin.
1 Feb :
Penampakkan komet muncul namun untuk dapat mengamatinya butuh teleskop 14-inchi dan masih belum bisa diamati dengan mata telanjang.
6 Feb :
Komet Lulin telah bergerak melintas tata gugusan formasi Zubenelgenubi ---sepasang bintang kembar yang berposisi dekat puncak formasi rasi bintang Libra--- Zubenelgenubi sendiri merupakan bintang bercahaya cukup terang sepadan dengan kerlip bintang-bintang “Big Dipper”.
16 Feb :
Komet Lulin melintasi bintang Spica pada rasi bintang Virgo. Spica adalah bintang dengan skala 1 “magnitude brightness” yang bahkan bagi astronom amatir pemula pun cukup mudah dikenali sebagai salah satu cirian pada konstelasi bintang-bintang di cakrawala pada malam hari.
24 Feb : Closest approach !
Jarak terdekat sang komet yang kiranya ditunggu-tunggu kalangan pecinta astronomis untuk memandang eksotisnya pendar cahaya kehijauan komet Lulin lewat separuh malam jelang terbitnya fajar.
Pada saat ini komet boleh dikata muncul berposisi seakan berdampingan dengan bintang Saturn pada tata gugusan rasi bintang Leo. Bintang Saturn adalah sosok bintang bersinar jelas yang tampak nyata dan diperkirakan akan sedemikian pula tampak pendar kilau cahaya kehijauan sosok komet Lulin.
Dibalik keunikan eksotis pancaran sinar komet Lulin sesungguhnya terbetik keunikan tersendiri dari kisah penemuan Lulin.
Adalah Quanzhi Ye ---sang penemu pertama Lulin--- yang ketika masih bocah China berusia 7 tahun yang pada suatu malam 1996 ketika tengah asyik menengok kegelapan cakrawala malam dengan suatu teropong sederhana melihat adanya sosok bintang gemerlapan dengan ekor cahaya yang tampak bergerak nyata yang membuatnya terpana kagum sendiri sekaligus bangga berjuta rasa serasa dialah seorang diri di dunia selaku sang penemu pertama komet itu ! Ternyata komet tersebut adalah komet Halley yang muncul mempesona dunia pada penampakan tahun 1996.
Bocah yang kecewa namun sekaligus memendam rasa dendam penasaran mendalam ---kini Quanzhi Ye berusia 19 tahun--- kemudian masuk sebagai mahasiswa jurusan meteorologi Universitas Sun Yat Sen di Negeri China.
Dan pada bulan Juli 2007 yl saat Quanzhi Ye tengah bekerja memeriksa peta gugusan bintang dalam ujud foto kiriman kolega sesama astronom bernama Chi Sheng Lin dari Observatori Lulin di Taiwan yang tengah dalam tugas rutin melaksanakan “sky patrol”. Dan tibalah kini saat yang dinanti-nantikannya... Ye menemukan sosok noktah asing tersendiri yang tak lain adalah komet !
Penemuan komet yang kemudian dilaporkan dan dunia astronomi pun memberikan nama sesuai dengan observatorium astronomi yang memotretnya: Observatori Lulin. Keunikan selain dalam sosok Quanzhi Ye selaku sang penemu pertama bahwa keberhasilan penemuan komet Lulin pun tak lain adalah berkat kerja sama bidang sains diantara 2 negeri yang dalam kondisi selama ini masih saling bersengketa : China - Taiwan !
Sumber: Up dates spacedaily-com / Rizal Aachtung.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment